Paparan Sindroma Terowongan Karpal dalam Pengabdian Masyarakat FK UNAIR

by September 9, 2021
Berita Kesehatan Pendidikan 0   454 views 0

 

Surabaya, paradigmaindonesia.com – Tiga dosen Fakultas Kedokteran UNAIR, dua dari Departemen Neurologi dan satu dari Departemen Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi melakukan edukasi untuk para guru Madrasah Ibtidaiyah Krian Sidoarjo, yaitu: Dr. Hanik B. Hidayati, dr, SpS (K) sebagai ketua pengabdian masyarakat, Fidiana, dr, SpS (K) sebagai wakil ketua pengabdian masyarakat, dan Dr. Imam Subadi, dr, SpKFR. Edukasi ini merupakan pengabdian masyarakat yang merupakan pelaksanaan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi bagi dosen.

Dalam edukasi yang diadakan melalui zoom ini, mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis dari Departemen Neurologi juga turut “terjun langsung” di masyarakat dalam pemberian edukasi tersebut, yaitu: dr. Celine Anyndhita Pranata.

Edukasi yang diberikan berupa materi tentang Sindroma Terowongan Karpal (STK), mulai dari pengenalan gejalanya, diagnosis sampai dengan tata laksananya, baik farmakoterapi maupun rehabilitasi medik.

Personal Computer (PC), laptop, hand phone dan alat digital lain adalah barang yang pasti digunakan oleh para guru setiap hari. Dalam keseharian bekerja, seorang guru sering menggunakan tangannya untuk bekerja. Mengetik, mempersiapkan bahan ajar, mengajar online, memberikan tugas online, bermedia sosial, membuat laporan online, membuat prakarya, dll kegiatan yang menggunakan tangan sudah menjadi kegiatan sehari-hari para guru. Penggunaan gerakan repetitif (berulang) pada tangan, seperti saat menggunakan gadget, dapat menyebabkan penyakit yang disebut sebagai Sindroma Terowongan Karpal (STK).

Kesemutan yang terasa terus-menerus muncul di tangan terutama saat malam hari, kadang disertai nyeri, dan bahkan ada kelemahan pada tangan seperti kurang kuat saat menggenggam gelas menjadi keluhan yang disampaikan oleh peserta pengabdian masyarakat. Tentu saja keluhan ini menjadi kekhawatiran tersendiri, namun kekhawatiran ini terjawab manakala 3 dosen FK UNAIR dan beberapa PPDS Neurologi memberikan edukasi tentang STK.

Dr. Hanik B. Hidayati, dr, SpS (K) membuka edukasi dengan mengenalkan definisi STK. Disebutkannya bahwa, STK merupakan gangguan akibat jebakan saraf medianus di dalam terowongan karpal yang ada di tangan. STK ditandai dengan adanya kesemutan pada jari pertama sampai dengan ke tiga, serta separuh jari ke empat. Kadang STK disertai nyeri dan atau kelemahan tangan. Kelemahan tangan ini tampak ketika pasien kesulitan saat melakukan gerakan mencubit atau menggenggam tangan. Kadang pasien merasa lemah saat memegang atau menggenggam gelas. Siapa saja yang beresiko mengalami STK? Yaitu orang-orang yang bekerja menggunakan tangan secara repetitif, misalnya: penjahit, pe,mbatik, dosen atau guru”

Fidiana, dr, SpS (K) menambahkan bahwa, “Pada STK selain dilakukan pemeriksaan fisik neurologi, juga bisa dilakukan pemeriksaan elektrofisiologis atau yang dikenal dengan rekam otot. Berdasarkan pemeriksaan elektrofisiologis, derajat STK dapat dikategorikan menjadi STK ringan, sedang dan berat, dimana hasil pemeriksaan itu juga menentukan jenis tindakan terapi apa yang direncanakan untuk penderita STK. Pada STK derajat berat, bisa jadi membutuhkan terapi pembedahan, ini yang ingin kita cegah, diusahakan diagnosa STK dilakukan sedini mungkin, sehingga pengobatan yang dikerjakan minimal dengan hasil maksimal. Adapun beberapa cara pencegahan STK contohnya adalah dengan menjaga pergelangan tangan tetap lurus saat bekerja, tidak terlalu sering menekuk, memutar dan meluruskan pergelangan tangan.”.

Dr. Hanik B. Hidayati, dr, SpS (K) kembali menambahkan bahwa, “Pengobatan STK ada beberapa macam, seperti pengobatan farmakologi, non farmakologi seperti pemberian terapi latihan, manajemen intervensi nyeri (MIN) dan pembedahan. Modalitas pengobatan mana yang dipilih, tergantung dari derajat STK yang terjadi. Pengobatan farmakologi dengan memberikan obat-obatan dipilih pada kasus STK ringan, pengobatan non farmakologi seperti pemberian terapi latihan, MIN pada pasien yang tidak membaik dengan pemberian terapi konservatif, serta pembedahan. Pada MIN, dilakukan pemberian injeksi obat-obatan, memperantarai pengobatan konservatif dan pembedahan”.

“Terapi latihan direkomendasikan diberikan kepada STK dengan derajat ringan dan sedang atau pasien yang sedang menunggu operasi STK. Latihan ini dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan tekanan intrakarpal dan inflamasi. Latihan juga ditujukan untuk memperbaiki arus balik vena dengan cara menurunkan edema dan adesi” kata Dr. Imam Subadi, dr, SpKFR.

Dr. Imam Subadi, dr, SpKFR menambahkan, “Rehabilitasi medik untuk penderita STK penting dilakukan sejak dini. Latihan efektif untuk menurunkan gejala STK. Laser maupun ultrasound dapat digunakan untuk terapi alternatif STK, namun SWT dianggap sebagai terapi yang paling efektif”.

Dr. Hanik B. Hidayati, dr, SpS (K), yang sekaligus ketua acara pengabdian masyarakat FK UNAIR 2021 di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ahmad, Krian, di akhir materi menyampaikan bahwa, “Kami selaku insan akademis berkewajiban memberikan ilmu yang bermanfaat bagi masyarakat. Insya Allah kegiatan pengabdian masyarakat ini akan menambah wawasan tentang STK” oleh: Dr. Hanik B. Hidayati, dr, SpS (K). (wan/yat)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.